Andai jiwanya bias muda kembali.
Malam ini turun
hujan, rintiknya menetes di atap rumahku yang terbuat dari seng, bising memang
tapi semakin lama ku berada dalam kebisingan itu aku merasakan, aku meresapi
lantunan nada yang tercipta oleh alam ( Engkau yang telah menciptakan alam ini
denagn segala keindahnya ).
Sama seperti malam malam biasanya, ku lewati malam seorang diri, aku haya seorang pria muda berkawan malam dan bertetangga bintang, negri antabranta yang aku singgahi ini membuat ku harus jauh dari keluarga yang telah membuatku tumbuh menjadi aku seperti ini, setiap malam darahku selalu ditranfusi paksa oleh mahluk mahluk kecil denagn jarum dimulutnya, ya seperti inilah musim panas, dimana koloni nyamuk akan banyak beterbangan, musim dimana malam selalu berlalu lebih cepat.
Tuhan malam ini aku ingin bertemu denagan keluargaku dan katakan pada mereka jangan terlambat kerena disini malamku hanya sebentar.
Suara tetes air hujan yang terjatuh laksana instumen drum dan detik jam sebegai tam tam, gemuruh petir bagai instumen bass serta kencangnya hembusan angin seperti nyanyian malam, aku dan tidurku.
Benar saja, malam ini aku betuntung, doau didengarkan olehNya, aku seperti sedang berada dirumah, disana aku melihat ibu bpak dan adik adikku, serta almarmuh nenek, ( aku bersyukur sekali bisa melihat nenek malam ini meski hanya dalam mimpi , sedang aku juga sangat merindukan dia, dimana dari kecil hingga aku lulus sd aku selalu tidur bersamanya meskipun rumah kami hanya bersebelahan ).
Saat itu dirumahku terasa damai, aku lihat bapak ku yang sedang asik memandikan sapinya, adik perempuanku yang sedang bermain denagn adik baru ku yang baru berusia 1 thun, nenek yang sedang duduk menyandar tiang teras depan rumah dengan rambut diikal olhnya, sedang dia asik melakukan rutinitas menginangnya ( membersikan mulut denagan mengunyah daun sirih yang dioles kapur dan gambir ).
Aku berbincang denagan ibuku diruang tamu sedang kami sembari memandangi nenek yang berada diteras,
aku : sepertinya nenek sedang senang, raut wajahnya memancarkn kedamaian dalam hidupnya,
Sama seperti malam malam biasanya, ku lewati malam seorang diri, aku haya seorang pria muda berkawan malam dan bertetangga bintang, negri antabranta yang aku singgahi ini membuat ku harus jauh dari keluarga yang telah membuatku tumbuh menjadi aku seperti ini, setiap malam darahku selalu ditranfusi paksa oleh mahluk mahluk kecil denagn jarum dimulutnya, ya seperti inilah musim panas, dimana koloni nyamuk akan banyak beterbangan, musim dimana malam selalu berlalu lebih cepat.
Tuhan malam ini aku ingin bertemu denagan keluargaku dan katakan pada mereka jangan terlambat kerena disini malamku hanya sebentar.
Suara tetes air hujan yang terjatuh laksana instumen drum dan detik jam sebegai tam tam, gemuruh petir bagai instumen bass serta kencangnya hembusan angin seperti nyanyian malam, aku dan tidurku.
Benar saja, malam ini aku betuntung, doau didengarkan olehNya, aku seperti sedang berada dirumah, disana aku melihat ibu bpak dan adik adikku, serta almarmuh nenek, ( aku bersyukur sekali bisa melihat nenek malam ini meski hanya dalam mimpi , sedang aku juga sangat merindukan dia, dimana dari kecil hingga aku lulus sd aku selalu tidur bersamanya meskipun rumah kami hanya bersebelahan ).
Saat itu dirumahku terasa damai, aku lihat bapak ku yang sedang asik memandikan sapinya, adik perempuanku yang sedang bermain denagn adik baru ku yang baru berusia 1 thun, nenek yang sedang duduk menyandar tiang teras depan rumah dengan rambut diikal olhnya, sedang dia asik melakukan rutinitas menginangnya ( membersikan mulut denagan mengunyah daun sirih yang dioles kapur dan gambir ).
Aku berbincang denagan ibuku diruang tamu sedang kami sembari memandangi nenek yang berada diteras,
aku : sepertinya nenek sedang senang, raut wajahnya memancarkn kedamaian dalam hidupnya,
ibu : iya ibu juga lega melihatnya,
beberapa hari belakangn ini nenekmu sedang rewel, namanya juga orang tua, belum
lagi keehatanya yang baru membaik,
aku : nenek habis dari dokter ya bu?
ibu : iya waktu itu nenekmu jatuh saat mau ketoilet, saat ibu sedang menyiapkan tempat untuknya dia teptap mau mencoba berjalan sendiri padahal sudah ibu bilang untuk tunggu. ibu juga sempat memarahinya.
aku : nenek masih seperti yang dulu ya bu?
ibu : ya begitu lah orag tua, meskipun sebenarnya ibu juga tidak tega saat ibu lepas tuk menahan emosi sesaat, nenekmu selalu rewel jika tiba saatnya mandi, banyk mintanya sedangkan sudah dipenuhi tapi masih saja dia selalu bicara tentang keinginnanya.
aku : aku juga masih ingat bu saat nenek selalu membicarakan hal yang sama, terkadang marah denagn alasan yang tidak jelas tapi bagiku dia tetap nenek yang baik menurutku,
ibu : nenekmu memang orang yang baik, mungkin jika nenekmu jiwa dan akal warsnya bisa kembali muda lagi ibu tau nenek ingin menceritakan tentang keluhanya saat keadaan seperti ini. Seperti ini yg ibu tau,,,,
Anaku mungkuin aku tak bisa seperti dulu
lagi, usiaku yang semakin bertambah membuat ku berkurang dalam warasku, kini
aku memang banyak berbicara sedang saat kalian denagn dunia kalian aku sendiri
dirumah, kepada siapa aku bisa berbincang tuk mengisi sisa waktuku yang aku
sendiri tak tau sampai kapan, tidak ingatkah saat kamu kecil saat kami harus
bekerja tuk sekedar melanjutkan hidup ini aku membawamu kemana mana dalam
gendonagku sedang kamu pasti menagis jika ditinggalkan seorang diri.
Benar kini aku menjadi bau, ya seperti
inilah orang tua, aku tau kamu merasa tidak nyaman denagn keadaanku tapi
mengertilah bukan aku tak mau mandi tapi tubuh ini rentan terhadap air, aku
mulai lemah bahkan mudah jatuh sakit, sama seperti kamu dulu saat kamu masih
sering mengompol dan menolak untuk dimandikan.
Jalankupun sudah sulit sedang aku tak
sangpun lagi menahan saat ingin ke toilet yang aku rasa saat kamu muda pun kamu
pasti pernah merasaknya.
Maafkan aku jikaa aku sering mebuat kotor
lantai, pakaian atau menjatuhkan gelas, tanagnku ini sudah tak sekuat dulu yang
mampu berjalan ribuan kilo danagn membawa beban denagan harapan bisa ditukarkan
denagan sesuatu yang kamu inginkan.
Aku juga tau jika kamu bosan mendenagn
ceritaku yang terus ku ulang ulang sedang aku tak menyadarinya, sama sepetimu
saat kamu balita kamu selalu bercerita tentang mainan barumu ataupun mainan
yang kamu ingnkan, tapi aku bertimakasih padamu anakku, sampai saat ini kamu
masih mau merawatku , aku haya ingin menghabiskan sisa waktuku dan aku ingin
beristirahat denagn tenang jika waktunya tiba.
Nanti jika aku bertemu denagnNya, aku akan katakana
padaNya bahwa kmu anak yang baik, aku akan memohon padaNya agar kamu dan
keluarga selalu dalam ceria, sehat dan tercapai apa yang diinginkan.
Aku juka akan menceritakan tentang kita,
tentang sayang kalian kepada orang tua, tentang hidup kita, kita seperti galaxy
ini, seperti bintang bulan matahari dengan atmosfir yang berbeda, kita dengan
peran kita masing masing, sedang kita saling melengkapi dalam canda tawa
bahagia, jika aku bilang aku bahagia, aku bangga, bahkan beripu kata pun tak
mampu mewakili rasa syukurku, trimakasih anakku, aku sayang padamu.
Panjang lebar ibuku bercerita, aku
hanya bisa meneteskan air mata, saat itu pula aku banung dari tidurku, seketika
aku bergegas berwudhu, sholat dan mengaji tuk almarhum nenek, sungguh mala mini
begitu luar biasa, trimakasih ya Allah. Begitu banyak moral story yang aku
dapatkan atas mimpi yang Engkau berikan.